ANALISA
KECELAKAAN LALU LINTAS PADA
RUAS JALAN UTAMA DI WILAYAH KABUPATEN SRAGEN
TAHUN
2002-2006
oleh
:
Nama
: Pujo sakti hadiwinata pangestu
NIM : 15 630 034
PROGRAM
STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ruang lingkup permasalahan
transportasi telah bertambah luas dan permasalahannya itu sendiri bertambah
parah, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Terbatasnya
bahan bakar secara temporer bukanlah permasalahan yang parah, akan tetapi
peningkatan arus lalu lintas serta kebutuhan akan transportasi telah
menghasilkan kemacetan, tundaan, kecelakaan dan permasalahan lingkungan yang
sudah berada di atas ambang batas.
Permasalahan ini tidak hanya
terbatas pada jalan raya saja, pertumbuhan ekonomi menyebabkan mobilitas
seseorang meningkat sehingga kebutuhan pergerakannyapun meningkat melebihi kapasitas prasarana transportasi
yang ada. Kurangnya investasi pada suatu sistem jaringan transportasi dalam kurun
waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan sistem prasarana transportasi
tersebut menjadi sangat rentan terhadap kemacetan dan kecelakaan yang terjadi
apabila volume arus lalu lintas meningkat lebih dari rata-rata (Tamin, 1997).
Transportasi pada dasarnya suatu
kegiatan memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain
dengan sarana ataupun tanpa sarana. Perpindahan ini harus menempuh suatu jalur
transportasi darat, laut ataupun udara. Di sini jalan sebagai salah satu media
transportasi yang memegang peranan penting dalam proses kegiatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jalan diibaratkan sebagai suatu media terpenting
yang apabila terganggu akan menyebabkan sesuatu yang dapat merugikan
penggunanya seperti terjadinya kemacetan dan kecelakaan.
Kecelakaan merupakan kejadian yang sangat cepat, tidak
diharapkan, tanpa diduga dan merupakan puncak dari rangkaian naas. Kecelakaan
dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1
a. Faktor
manusia
Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor
pengemudi seperti usia, kesehata, kondisi fisik, pendidikan, sifat kesadaran
terhadap rambu-rambu lalulintas, kecepatan dan lain-lain.
b. Faktor
kendaraan
Kecelakaan yang disebabkan karena kondisi
dari kendaraan seperti kondisi rem, kondisi mesin, kondisi ban dan lain-lain.
c. Faktor
jalan
Kecelakaan yang disebabkan oleh kondisi
jalan yang kurang memenuhi persyaratan antara lain:
1. Kerusakan
pada permukaan jalan. Misalnya terdapat lubang besar yang sullit dihindari oleh
pengemudi dan kondisi jalan yang licin pada musim penghujan.
2. Kontruksi
jalan yang tidak sempurna yaitu kenaikan dan penurunan jalan yang terlalu
curam, jalan yang terlalu sempit, dan kekuatan jalan yang tidak sesuai dengan
beban yang ada.
d. Faktor
lingkungan
Keadaan lingkungan jalan yang harus
diperhatikan adalah penyebrang jalan baik manusia ataupun binatang, serta cuaca
yang kurang menguntungkan seperti hujan lebat, banjir, kabut dan lain-lain
(Oglesby & Hicks, 1998).
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui pula factor-faktor
geografis yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Faktor
fisik
a.
Jalan yaitu meliputi kondisi jalan, adanya
persimpangan jalan, system transportasi yang meliputi factor-faktor pendukung
jalan seperti ramburambu lalulintas.
b.
Lingkungan yaitu meliputi hujan, banjir, kabut
dan embun, suhu, topografi, relief dan lain-lain.
2. Faktor
non fisik yaitu dilihat dari factor pengemudi antara lain:
a. Usia
pengemudi dengan bertambahnya usia reflek seorang pengemudi semakin berkurang
dan kemampuan fisik menurun juga.
b. Pendidikan
pengemudi berpengaruh terhadap ketrampilan mengemudi, pemahaman dan kepatuhan
terhadap peraturan lalulintas.
Kondisi tersebut tentunya sudah diusahakan
upaya pencegahannya oleh beberapa instansi yang terkait, berdasarkan hal
tersebut maka penelitian mengenai kecelakaan lalulintas perlu dilakukan
sehingga diharapkan dapat berguna untuk merumuskan cara-cara pencegahan atau
paling tidak dapat mengurangi dan meminimalisasi terjadinya kecelakaan. Untuk
itu diperlukan suatu perencanaan transportasi yang merupakan suatu proses yang
bertujuan mengembangkan sistem transportasi sehingga memungkinkan manusia
ataupun barang untuk bergerak atau berpindah tempat dengan aman dan murah.
Kabupaten Sragen sebagai salah satu daerah
yang menjadi penghubung arus lalulintas antar kota maupun antar propinsi, hal
ini menjadikan daerah tersebut mempunyai volume arus lalulintas yang cukup
tinggi. Di kabupaten Sragen juga
terdapat fasilitas-fasilitas transportasi seperti terminal dan terdapat banyak
sekali bangunan-bangunan perkantoran, pabrik-pabrik, pasar, bank yang terletak
di sepanjang jalan-jalan utama di kabupaten Sragen. Kondisi daerah tersebut menyebabkan
arus lalulintas menjadi padat dan hal ini dapat menimbulkan berbagai persoalan
lalulintas seperti sering terjadi kemacetan dan kecelakaan.
Tingginya mobilitas di kabupaten Sragen dapat terlihat
dari banyaknya angkutan-angkutan umum yang terlihat di ruas-ruas jalan
kabupaten tersebut. Hal ini juga ditunjang dengan adanya prasarana perhubungan
yang telah tersedia yaitu di kabupaten Sragen dilalui oleh jalan antar propinsi
lintas selatan (jalan arteri primer) yaitu jalan yang menghubungkan propinsi jawa
tangah dengan jawa timur adalah jalan Solo-Surabaya pada segmen
Masaran-Sambungmacan, jalan antar kabupaten (jalan kolektor primer) yaitu jalan
yang menghubungkan kabupaten Sragen dengan kabupaten Purwodadi adalah jalur
lintas utara Solo-Purwodadi pada segmen Kalijambe-Sumberlawang, jalan
Sragen-Karanganyar pada segmen SragenKedawung dan jalan Sragen-Purwodadi pada
segmen Ngrampal-Tangen. Jalur-jalur tersebut mempunyai mobilitas yang cukup
tinggi sehingga sangat dimungkinkan mempunyai resiko tingkat kecelakaan yang
cukup tinggi. Kelancaran mobilitas penduduk akan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan infrastrukrur. Dengan adanya sarana dan prasarana transportasi
akan lebih mudah melakukan mobilitas antar bagian di wilayah tersebut atau
dengan wilayah lain.
Transportasi juga dapat merangsang
timbulnya berbagai macam kegiatan. Jalan merupakan sarana transportasi yang
utama, keberadaan jalan disuatu wilayah akan menggambarkan tingkat
aksesibilitas wilayah tersebut. Dengan aksesibilitas yang tinggi memungkinkan
wilayah tersebut berkembang menjadi suatu daerah pertumbuhan. Dengan
pertumbuhan ini dapat memberikan dampak terhadap kelancaran dalam
berlalulintas.
Di kabupaten Sragen fasilitas infrastruktur yang ada
sudah sesuai dengan satuan wilayah pembangunan yang ada, karena jumlah jalan
yang tertinggi berdasarkan status berada di wilayah kecamatan Sragen dan
Ngrampal sebagai pusat satuan wilayah pembangunan, sehingga menyebabkan
kecamatan Sragen dan kecamatan Ngrampal menjadi lebih padat dan lebih
berkembang dibandingkan dengan kecamatan lain.
Menurut PEMDA kabupaten DATI II Sragen dalam
bukunyaRencana Tata Ruang Wilayah Kab. Daerah TIngkat II Sragen Tahun 1995/1996-2005/2006
bahwa kondisi jalan didaerah Sragen sekitar 47% berkondisi baik sedangkan
sekitar 30% berkondisi sedang dan sekitar 24% berkondisi rusak yang pada
umumnya terletak didaerah terpencil dan minim sekali kegiatan transportasi. Di
kabupaten Sragen terdapat panjang jalan Negara 30,45 km, panjang jalan propinsi
66,688 km, panjang jalan kabupaten 992,2 km, sedangkan panjang jalan
keseluruhan di kabupaten Sragen yaitu berkisar 1.089,34 km. panjang jalan
tertinggi berdasarkan status ada dikecamatan Sragen yaitu 257,126 km, setelah
itu kecamatan Ngrampal 76,726 km, dan kecamatan Kalijambe 61,936 km. ( Sragen
dalam angka, 2006). Pergerakan linear (antar kabupaten dan propinsi) dengan
frekuensi besar dan cepat serta beraneka ragam perannya. Kemudian jalur
kolektor primer (Surakarta-Gemolong-Purwodadi) merupakan wadah kegiatan
pergerakan antar kabupaten dan kecamatan.
Pemilihan daerah penelitian pada wilayah Sragen
meliputi jalur-jalur transportasi yang dinilai padat arus lalulintasnya antara
lain jalan Solo-Surabaya pada segmen Masaran-Sambungmacan, jalan Solo-Purwodadi
pada segmen Kali jambeSumberlawang, jalan Sragen-Karanganyar pada segmen
Sragen-Kedawung dan jalan
Sragen-Purwodadi
pada segmen Ngrampal-Tangen. Jalur-jalur tersebut dianggap
mempunyai resiko tingkat kecelakaan yang cukup tinggi sehingga dapat dikatakaan
sebagai daerah rawan terhadap
kecelakaan.
Untuk itu disini diperlukan sekali suatu peta yang dapat menunjukkan daerah
rawan kecelakaan dari data-data yang akan diperoleh. Berikut ini merupakan data
kecelakaan yang terjadi di kabupaten Sragen yang diperoleh dari SATLANTAS
polres Sragen dari tahun 2002-2006.
Tabel 1. Ruas Rawan Kecelakaan Di Kabupaten Sragen
Ruas jalan 2002 2003
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
angka kecelakaan tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 37 kejadian
dan kecelakaan yang paling sedikit terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 26
kejadian kecelakaan. Jadi rata-rata kecelakaan yang terjadi di kabupaten Sragen
dari tahun 2002-2006 pertahun hampir kurang lebih 31 kejadian kecelakaan Untuk
lebih memahami dalam proses pembuatan peta, perlu sekali dipelajari ilmu
kartografi yaitu ilmu yang mempelajari mengenai proses pembuatan peta mulai
dari proses pengumpulan data, klasifikasi dan analisa data, desain peta, dan
sampai pada evaluasi serta penyusunan peta.
Pengertian peta menurut International Kartographic
Assosiation (1993) adalah suatu representasi atau gambaran unsur-unsur atau
kenampakan-kenampakan yang dipilih, biasanya diperkecil atau digambar dalam
bidang datar (Agus DM, 1998). Sedangkan peta umum yaitu berisi gambaran umum
dipermukaan bumi seperti gunung, bukit, permukiman dan lain-lain. Peta khusus
menyajikan gambarangambaran yang bersifat khusus seperti produksi pertanian,
penyebaran penduduk, kepadatan penduduk, dan lain-lain. Sedangkan peta yang
memuat data atau informasi yang bertema khusus disebut peta tematik.
Dengan menyajikan data dalam bentuk
peta, maka penyampaian informasi kepada orang lain akan dapat ditangkap dengan
mudah dan cepat dipakai serta akan diperoleh gambaran yang jelas dari apa yang
disajikan.
Data dapat diperhitungkan sebagai himpunan fakta-fakta,
angka-angka, hurufhuruf, kata-kata, grafik-grafik ataupun lambing-lambang yang
menyatakan suatu gagasan, objek, kondisi dan situasi. Untuk menyajikan data
yang berwujud distribusi keruangan satu lokasi dan sifat datanya, maka
hendaknya intonasi itu ditunjukkan dalam sebiah bentuk peta.
Penyajian data dalam bentuk peta mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dalam bentuk lain, khususnya data-data yang ada
hubungannya dengan lokasi, distribusi, dan masalah keruangan. Dengan mengajukan
data dalam bentuk peta akan mempermudah dan mempercepat dalam memahami dan
memperoleh gambaran yang jelas dari apa yang disajikan.
Dickinson mengemukakan
pentingnya data dipetakan yaitu antara lain:
1. Melalui
peta dapat memperjelas, menyederhanakan dan menerangkan suatu aspek yang lebih
penting (objek yang disajikan).
2. Melalui
peta dapat menimbulkan daya tarik yang lebih besar peda objek yang ditampilkan.
3. Melalui
peta dapat mengungkapkan apa yang dijelaskan didalam uraian dalam pembicaraan.
4. Melalui
peta dapat berperan sebagai sumber data bagi si pemakai.
1.2 Batasan Masalah
Ruang lingkup penulisan tugas akhir ini adalah
mengenai analisa kecelakaan lalulintas yang dianalisa secara keruangan
berdasarkan data kecelakaan lalulintas di kabupaten Sragen tahun 2002-2006.
Kejadian-kejadian kecelakaan yang akan dipetakan dan dipakai dalam studi ini
adalah kejadian kecelakaan yang tercatat dalam data kepolisian daerah yang
bersangkutan dan jalur transportasi yang dipilih adalah jalan utama yang ada
mengenai data-data kecelakaan antara lain jalan Solo-Surabaya pada segmen
MasaranSambungmacan, jalan Solo-Purwodadi pada segmen Kalijambe-Sumberlawang,
jalan Sragen-Karanganyar pada segmen Sragen-Kedawung dan jalan SragenPurwodadi
pada segmen Ngrampal-Tangen.
1.3 Rumusan Masalah
1. Dimanakah lokasi rawan kecelakaan pada ruas jalan
utama di kabupaten Sragen tahun 2002-2006?
2. Bagaimanakah
menyajikan data kecelakaan yang terjadi di derah Sragen dari tahun 2002-2006
secara visual kedalam bentuk peta
3. Faktor-faktor
apakah yang berpengaruh terhadap kecelakaan dilokasi rawan kecelekaan tersebut
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui lokasi rawan kecelakaan pada ruas jalan
utama di kabupaten Sragen tahun 2002-2006.
2. Menyajikan data kecelakaan yang terjadi didaerah
Sragen tahun 2002-2006 secara visual kedalam bentuk peta sehingga dapat dapat
dianalisis secara keruangan
3. Mengetahui
dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecelakaan di daerah
penelitian.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai
salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program S1 pada fakultas
Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Dengan
dibuatnya peta-peta yang menyajikan data kecelakaan diharapkan dapat menambah
informasi dan dijadikan pertimbangan bagi pemerintah daerah/lembaga-lembaga
yang terkait dan para pemakai jalan untuk mengurangi angka kecelakaan yang terjadi di daerah
Sragen.
3. Mengetahui
ruas-ruas jalan di daerah Sragen yang dianggap sebagai daerah rawan kecelakaan
yaitu daerah mempunyai tingkat kecelakaan paling tinggi.
1.6 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
Kecelakaan merupakan kejadian yang sangat cepat,
tidak diharapkan, tanpa diduga dan merupakan puncak dari rangkaian naas (
Oglesby & Hicks. 1998). Kecelakaan dapat digolongkan menjadi tiga macam,
antara lain:
1. Kecelakaan
ringan, yaitu kecelakaan lalulintas yang hanya melibatkan satu kendaraan, yang
menimbulkan luka-luka ringan pada korban dan hamper tidak ada kerugian material
yang dialami.
2. Kecelakaan
sedang, yaitu kecelakaan lalulintas yang melibatkan satu kendaraan atau lebih
yang menimbulkan luka ringan dan sedikit kerugian materi.
3. Kecelakaan
berat, yaitu kecelakaan lalulintas yang melibatkan satu atau lebih kendaraan
yang menimbulkan luka berat bahkan korban jiwa dan kerugian materi yang sangat
besar. (Pratiwi, 1998).
Kecelakaan lalulintas adalah peristiwa di jalan yang
tidak disangka-sangka dan tidak di sengaja melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pemakai jalan lainnya yang mengakibatkan korban manusia atau harta benda
(Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang lalulintas jalan).
Menurut kepolisian republik Indonesia kecelakaan
lalulintas adalah kejadian akhir dari suatu rentetan peristiwa lalulintas yang
tidak disenganja dengan akibat kematian, luka-luka, dan kerusakan benda yang
terjadi di jalan umum.
Untuk kepolisian Republik Indonesia, data korban dan
kerugian akibat kecelakaan dibagi dalam korban jiwa (meninggal dunia), luka
berat, luka ringan dan kerugian materi.
Menurut Hoobs (1995) kondisi keparahan
kecelakaan dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Kecelakaan
ringan yaitu kecelakaan yang terjadi apabila kecelakaan tidak memerlukan
perawatan rumah sakit.
2. Kecelakaan
kecil yaitu kecelakaan terjadi apabila menyebabkan korban harus dirawat di
rumah sakit
3. Kecelakaan
fatal yaitu kecelakaan terjadi apabila menyebabkan korban meninggal dunia
4. Lain-lain
yaitu kecelakaan yang hanya menimbulkan kerusakan berupa kerugian material.
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan menurut Oglesby
dan Hicks (1993) antara lain:
1. Pengemudi
2. Kecepatan
3. Kondisi
kendaraan
4. Kondisi
jalan/lingkungan
Faktor-faktor geografis yang berpengaruh terhadap
kecelakaan ada dua faktor yaitu antaralain:
1.
Faktor fisik yaitu:
a. Jalan
yang meliputi kondisi jalan bergelombang, berlubang, adanya simpangan, sistem
transportasi yaitu berupa rambu-rambu lalulintas dan lain-lain
b. Medan
jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang
diukur tegak lurus kontur
c. Faktor
lingkungan yang meliputi kondisi alam pada saat kejadian seperti hujan, banjir,
kabut dan embun, suhu dan lain-lain
2.
Faktor non fisik yaitu dilihat dari kondisi
pengemudi antara lain
a. Usia
pengemudi yaitu semakin bertambahnya usia maka reflek seorang pengemudi semakin
lambat dan kemampuan fisik menurun juga.
b. Pendidikan
yaitu tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap ketrampilan pengendara,
pemahaman dan kepatuhan terhadap peraturan lalulintas.
Jalan adalah prasarana perhubungan darat dalam bentuk
apapun yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas. Jalan juga merupakan suatu
sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan
dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan
(Oglesby & Hicks, 1993).
Klasifikasi jalan berdasarkan fungsinya menurut
peraturan perencanaan geometri jalan raya (PPGJR), pengelompokan jalan yaitu:
1. Jalan
utama yaitu jalan raya yang melayani lalulintas yang tinggi antara kota-kota
yang penting atau antar pusat-pusat produksi dan pusat-pusat ekspor.
Jalan-jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk dapat melayani
lalulintas cepat dan berat.
2. Jalan
sekunder yaitu jalan raya yang melayani lalulintas yang cukup tinggi antar
kota-kota penting dan kota-kota lebih kecil serta melayani daerah-daerah
disekitarnya.
3. Jalan
penghubung yaitu jalan yang digunakan untuk keperluan aktivitas daerah yang
juga dipakai sebagai penghubung jalan-jalan dari golomgan yang sama atau yang
berlainan
Kartografi adalah seni, ilmu dan teknologi tentang
pembuatan peta, termasuk sebagai dokumen ilmiah dan sebagai karya seni (ICA
dalam Maruli Sinaga, 1995), sehingga tahap-tahapnya mulai dari pengumpulan
data, evaluasi dan penafsiran peta. Peta mengandung seni supaya indah dan
menarik perhatian si pembaca peta dengan tidak mengabaikan faktor teknik dan
ilmu sebagai dokumen ilmiah. Kartografer mempunyai tugas pokok yaitu
menghasilkan produk peta yang sesuai dengan kaidah-kaidah kartografis yang
sudah ditetapkan, agar suatu peta mempunyai fungsi komunikatif secara efektif
(Mas Sukoco, 1996).
Pegertian peta menurut international geographic
Association (1993) adalah suatu representasi atau gambaran unsur-unsur atau
kenampakan kenampakan yang dipilih biasanya diperkecil atau digambar dalam
bidang datar (Agus DM, 1998)
Dengan menyajikan data ke dalam bentuk peta maka
penyampaian intonasi kepada orang lain dapat ditangkap dengan mudah dan cepat
dipakai serta akan diperoleh gambaran yang jelas dari apa yang disajikan (I
made Sandy, 1972)
Bintarto dan surastopo (1977) menemukakan apabila
akan menyajikan data yang menunjukkan distribusi keruangan atau lokasi dan
mengenai sifat-sifat penting maka hendaknya informasi ditunjukkan dalam bentuk
peta, karena suatu peta dapat menggambarkan dan menyajikan aspek keruangan
berupa lokasi penyebaran dan dari peta dapat dilihat perkembangan dan
penyebaran, macam dan nilai data secara tepat.
Proses abstraksi kartografi merupakan proses
transformasi data kedalam peta, proses abstraksi adalah trasnformasi data yang
meliputi aktifitas pemilihan klasifikasi data, penyederhanaan, simbolisasi
(Philip Muehreke, 1979)
Suatu peta akan berfungsi sebagai alat komunikasi yang
efektif apabila peta tersebut didesain dengan baik dan benar sesuai dengan
prinsip komunikasi, khususnya komunikasi grafis sehingga dapat memenuhi
kebutuhan penggunanya (Mas Sukoco, 1996)
Peta tematik adalah peta yang memperlihatkan informasi
data kualitatif atau data kuantitatif dari suatu tema atau maksud/konsep
tertentu, dalam hubungannya dengan unsur atau detail-detail topografi yang
spesifik, terutama yang sesuai dengan tema peta tersebut. Pada umumnya yang
dipentingkan adalah penyajian data-data dalam bentuk simbol yang sesuai dengan
tema peta, sedangkan unsur-unsur yang menunjang penyajian tersebut (seperti
detail-detail topografi) tidak disajikan secara teliti. Dalam penggambaran peta
tematik, selain diperlukan data-data, masalah lain yang dihadapi adalah peta
dasar. Pada umumnya peta dasar yang dipakai adalah peta topografi, dan pada
peta dasar inilah data-data tematik dipetakan.
Konsep dasar pemetan
tematik ada dua yaitu:
1. Pemetaan
data kualitatif yaitu suatu penyajian gambar dari data kualitatif ke atas peta,
berupa bentuk dari symbol-simbol yang menyatakan identitas serta melukiskan
keadaan dari unsur-unsur yang ada.
2. Pemetaan
data kuantitatif yaitu suatu penyajian gambar dari data kuantitatif ke atas
peta, berupa bentuk dari simbol-simbol yang menyatakan identitas dan
menunjukkan besar/ jumlah/ banyaknya unsur yang diwakilinya (T. Lukman Aziz
& Ridwan Rachman, 1979)
Data dapat diperhitungkan sebagai himpunan
fakta-fakta, angka-angka, huruf-huruf, kata-kata, grafik-grafik ataupun
lambang-lambang yang menyatakan suatu gagasan, objek, kondisi dan situasi. (R.
Bintarto dan Surastopo Hadi Sumarno, 1987).
Tabel 2. Penelian Sebelumnya
Nama
|
Judul
|
Tujuan
|
Metode
Penelitian
|
Hasil
|
Tri
Anggoro
(2000)
|
ANALISA
KECELAKAAN
LALULINTAS STUDI
KASUS JALAN RAYA
SOLO-SRAGEN
|
1. Mengetahui
karaktristik kecelakaan di jalan raya Solo-Sragen.
2. Mengetahui
faktor utama penyebab
kecelakaan
|
Analisa data Sekunder
|
1. Karakteristik
kecelakaan:
a. Jumlah
korban meninggal dunia 54 orang, luka berat 33 orang, dan luka ringan 66
orang
b. Jenis kendaraan yang sering
trlibat kecelakaan adalah sepeda motor
2. Faktor uatma kecelakaan adalah
faktor manusia yaitu faktor pengemudi 56%, faktor lingkungan 27%, faktor
kendaraan 5% faktor jalan da tidak diketahui 7%
|
Doni
Marfuah
(2002)
|
ANALISA
KECELAKAAN
LALULINTAS PADA
RUAS JALAN SOLOWONOGIRI
|
1. Mengetahui
karakterristik kecelakaan di jalan raya Solo-Wonogiri
2. Mengetahui
angka kecelakaan dan indeks keparahan korban
3. Menetukan
faktor utama penyebab kecelakaan
|
Analisa data Sekunder
|
1. Kecelakaan
banyak terjadi di jalan bulak rejo begajah dan begajah Nguter
2. Korban
kecelakaan terdiri dari 126 meninggal dunia, 358 luka berat, dan 714 luka
ringan
3. Faktor
penyebab yang tertinggi adalah faktor manusia
|
Wawan Ari
Wibowo
(2006)
|
ANALISA
KECELAKAAN
LALULINTAS PADA
RUAS JALAN UTAMA
KABUPATEN
SRAGEN
TAHUN 2002-2006
|
1. Mengetahui
agihan titik lokasi rawan kecelakaan pada ruas jalan utama di kabupaten
Sragen tahun 2002-2006
2. Menyajikan
data kecelakaan secara visual ke dalam bentuk peta
3. Mengetahui
faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan
|
Analisa data Sekunder
|
1.7 Kerangka Pemikiran
Selama ini data mengenai kecelakaan lalulintas lebih
banyak hanya dalam bentuk angka-angka statistik, hal ini tidak diperoleh
gambaran dimana lokasinya (kenampakan spasialnya), oleh karena itu diperlukan
peta dimana melalui peta akan diperoleh gambaran secara kuantitatif dan
kualitatif mengenai tingkat kecelakaan lalulintas yang terjadi di kabupaten
Sragen tahun 2002-2006.
Pada dasarnya peta merupakan hasil pengecilan
fenomena-fenomena geografis yang luas, hal ini sangat membantu bagi si pengguna
peta untuk memperluas batas pandangnya sehingga melalui peta dapat dengan mudah
dan cepat memahami data atau informasi yang terkandung di dalamnya.
Data penelitian ini digunakan metode analisa data
sekunder dan analisa peta secara kuantitatif, data sekunder yang digunakan
meliputi data statistik dan peta. Data statistik meliputi data kecelakaan
lalulintas dan data kepadatan lalulintas sedangkan peta yang dibutuhkan
meliputi peta administrasi, peta jaringan jalan, peta kepadatan penduduk.
Data-data tersebut dapat diperoleh di lembaga-lembaga terkait di kabupaten
Sragen. Data yang digunakan meliputi data pokok dan data bantu serta data yang
digunakan adalah data kecelakaan lalulintas data kepadatan penduduk dan data
kepadatan lalulintas.
Setelah pengumpulan data sekunder selesai dilaksanakan
maka dilakukan pengolahan data yang meliputi klasifikasi data, analisa data,
dan transformasi data. Setelah itu dilanjutkan dengan penggambaran peta yaitu
dengan memasukkan datadata yang telah diolah ke dalam peta dasar yang telah
dibuat dengan menggunakan bahasa simbol. Karena data yang digunakan adalah data
statistik yang bersifat kuantitatif maka simbol yang digunakan adalah simbol
kuantitatif. Pemetaan simbol kuantitatif memperlihatkan gambaran tentang lokasi
dari unsur-unsur yang menunjukkan besar atau jumlah dari unsur-unsur tersebut.
Variabel visual yang dipilih adalah ukuran, warna dan bentuk.
Bila penggambaran peta telah selesai dilakukan
komparasi atau membandingkan antara kenampakan pada peta yang satu dengan yang
lain dan dilakukan overlay sehingga dapat dilakukan analisa peta secara
kuantitatif. Analisa peta dimaksudkan untuk mengenali kenampakan geografis yang
ada pada peta dan selanjutnya mengulas kenampakan seperti faktor faktor apa
sajakah yang berpengaruh terhadap kecelakaan dan dilanjutkan dengan penyusunan
laporan akhir.
Diagram alir penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan analisa
data sekunder yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk peta dilakukan komparasi
dan overlay pada peta-peta tersebut sehingga kenampakan-kenampakan yang ada
dalam peta yang dihasilkan dapat dianalisa dan dapat diketahui, dijelaskan,
dievaluasi serta dicari hubungannya antara kenampakan yang satu dengan
kenampakan yang lainnya. Metode pengumpulan data adalah dengan pengambilan data
sekunder dari data kecelakaan yang diperoleh dari SATLANTAS Sragen dan dari
badan-badan atau lembaga-lembaga yang terkait seperti DPU Bina Marga Sragen.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu data untuk dipetakan dan data dalam bentuk tabel.
Fungsinya untuk membantu dalam langkah analisis data yang direpresentasikan
kedalam bentuk peta meliputi tingkat angka kecelakaan yang dilaporkan/dicatat
oleh kantor kepolisian di wilayah Sragen ditambah dengan data bantu yang
fungsinya untuk membantu dalam langkah evaluasi dan analisis hasil akhir penelitian.
Adapun data-data yang
dikumpulkan meliputi:
a. Data
yang dipetakan
1. Data kecelakaan yang terjadi di
derah Sragen tahun 2002-2006 2. Data kepadatan lalulintas.
b. Data
dalam bentuk diskriptif /tabel ( secara grafis)
1. Data
penyebab terjadinya kecelakaan
2. Data
jenis kecelakaan yang terjadi
Secara garis besar
tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.8.1 Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan tahap persiapan sebelum pengumpulan
data di lapangan dilakssanakan. Kegiatan utama yang dilakukan dalam tahap ini
antara lain:
a. Studi
pustaka, yaitu mempelajari permasalahan-permasalahan penelitian melalui
kepustakaan dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.
b. Studi
peta, yaitu mempelajari peta-peta yang berkaitan dan mendukung tujuan
penelitian.
c. Orientasi
lapangan, yaitu peninjauan ke lapangan atau instansi yang terkait untuk
mengetahui permasalahan yang ada, serta mencari informasi tentang ketersediaan
data yang diperlukan.
1.8.2 Tahap
pengumpulan data
Ada beberapa macam teknik pengumpulan data dengan
kelemahan dan keunggulan masing-masing. Maka untuk kepentingan penelitian tidak
dapat dikemukakan satu teknik yang paling ampuh. Penggunaan suatu teknik
pengumpulan data tergantung pada:
a. Tipe
permasalahan yang diteliti
b. Fasilitas
dan biaya yang tersedia
c. Situasi
dan kondisi tempat
d. Ketelitian
yang diharapkan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu
pengumpulan data sekunder. Data sekunder adalah data kuantitatif yang ada
hubungannya dengan tema dan tujuan penelitian, yang meliputi data jumlah
kecelakaan di daerah Sragen tahun 2002-2006.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan mencatat atau
menyalin dari sumber data yang ada, terbatas pada yang tercatat dan dilaporkan
atau diketahui dan ditangani oleh SATLANTAS Sragen.
1.8.3 Tahap
Pengolahan Data
Hasil pengumpulan data dilapangan yang diperoleh data
yang masih mentah dan perlu diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil
penelitian yang terbaik. Kegiatan dalam seleksi data yang dilakukan adalah memilih
dan menilai data yang meliputi macam dan jenis data, jumlah data, tahun
pengambilan, dan persebaran geografis dari data tersebut.
Tahap pengolahan
data meliputi:
a. Klasifikasi
data yaitu data yang diperoleh di lapangan masih bersifat umum, maka perlu
diklasifikasikan. Data tersebut disederhanakan, dikelompokkan dan disusun dalam
bentuk tabel-tabel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian terlebih dahulu
sehingga akan memudahkan pemilihan simbol peta
b. Penggambaran
peta yaitu data yang diolah dan diklasifikasikan kemudian didesain untuk
ditampilkan dalam bentuk informasi grafis berupa peta
1.8.4. Tahap Analisis
Data
Untuk mengetahui persebaran keruangan dari peta-peta
yang dihasilkan dari penelitian ini, maka dilakukan dengan analisis peta secara
kualitatif, maksudnya adalah untuk mengenali kenampakan-kenampakan yang ada
atau nampak pada peta, kemudian dari kenampakan tersebut dapat dijelaskan,
dievaluasi serta dicari hubungannya antara kenampakan yang satu dengan
kenampakan yang lain yang ada pada peta. Metode analisa peta yang digunakan
adalah komparasi dan overley peta secara kualitatif.
1.9 Batasan Operasional.
Analisis adalah usaha untuk mengetahui suatu keadaan
yang diurai dan diselidiki hubungannya antara yang satu dengan yang lain
(Bintarto & Surastopo, 1979).
Analisis peta adalah kegiatan penyederhanaan
kekomplekan lingkaran untuk mengurangi kekacauan informasi pada peta, sehingga
melalui peta dapat diberikan informasi tentang hubungan keruangan secara lebih
lebih mudah bagi pengguna peta (Muehreke, 1978 dalam Alex 2001).
Kecelakaan merupakan kejadian yang sangat cepat, tidak
diharapkan, tanpa diduga dan merupakan puncak dari rangkaian naas (Oglesby
& Hicks, 1998).
Kecelakaan dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor
manusia
2. Faktor
kendaraan 3. Faktor kendaraan
4. Faktor
lingkungan
Jalan adalah prasarana perhubungan darat dalam bentuk
apapun meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas.
Jalan utama yaitu jalan raya yang melayani lalulintas
yang tinggi antara kotakota yang penting atau antar pusat-pusat produksi.
Jalan-jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk dapat melayani
lalulintas cepat dan berat (PPGJR, 1976). Di kabupaten Sragen jalan utama
meliputi empat segmen jalan antara lain segmen Masaran-Sambungmacan,
Kalijambe-Sumberlawang, Sragen-Kedawung dan Ngrampal-Tangen.
Transportasi pada dasarnya adalah suatu kegiatan
memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain baik dengan
sarana ataupun tanpa prasarana
Pengertian peta menurut International Kertographic
Assosiation (1993) adalah suatu representasi atau gambaran unsur-unsur atau
kenampakan-kenampakan yang dipilih biasanya diperkecil atau digambar dalam
bidang datar (Agus DM, 1998).
Peta tematik adalah peta yang memperlihatkan
informasi/data kualitatif atau data kuantitatif dari suatu tema atau maksud
atau konsep tertentu, dalam hubungannya dengan unsur-unsur atau detail-detail
topografi yang spesifik, trutama yang sesuai dengan tema peta tersebut (T
Lukman Aziz & Ridwan Rachman, 1979).
Data merupakan himpunan fakta-fakta, angka-angka,
huruf-huruf, kata-kata, grafik-grafik ataupun lambang-lambang yang menyatakan
suatu gagasan, obyek, kondisi dan situasi (R. Bintarto & Surastopo, 1987).
Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari lapangan
dan hanya berfungsi sebagai pelengkap data.
Data sekunder adalah data kuantitatif yang ada
hubungannya dengan tema dan tujuan penelitian, yang meliputi data jumlah
kecelakaan yang terjadi di daerah Sragen tahun 2002-2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar